“Rampak Bedug” adalah seni bedug yang berasal dari banten,
Rampak Bedug ini dimainkan dengan menggunakan waditra berupa banyak bedug dan
ditabuh secara serempak sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar.
Rampak bedug pertama kali dimaksudkan untuk menyambut bulan
suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, persis seperti seni ngabedug atau
ngadulag. Tapi karena merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang
perhatian penonton, maka seni rampak bedug ini berubah menjadi suatu seni yang
layak untuk dijual, sama halnya dengan seni-seni musik komersial lainnya.
Oleh karena nya Rampak bedug saat ini sering digunakan pada
acara-acara hajatan (hitanan, pernikahan) dan hari-hari peringatan kedaerahan
bahkan nasional. Rampak bedug merupakan pengiring Takbiran, Ruwatan, Marhabaan,
Shalawatan (Shalawat Badar), dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Walaupun para pencetus dan pemainnya lebih didasari oleh
motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan pencipta seni memandang seni
rampak bedug sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai.
Rampak Bedug memiliki Nilai Religi, yakni menyemarakan bulan
suci Ramadhan dengan alat-alat yang memang dirancang para ulama pewaris Nabi.
Selain menyemarakan Tarawihan juga sebagai pengiring Takbiran dan Marhabaan.
Sejarah Perkembangan Rampak Beduk
Di masa lalu pemain rampak bedug terdiri dari semuanya
laki-laki. Tapi sekarang sama halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Mungkin demikian karena seni rampak bedug
mempertunjukkan tarian-tarian yang terlihat indah jika ditampilkan oleh
perempuan (selain tentunya laki-laki). Jumlah pemain sekitar 10 orang,
laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun fungsi masing-masing pemain
adalah sebagai berikut pemain laki-laki sebagai penabuh bedug dan sekaligus kendang
sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh bedug, baik pemain laki-laki maupun
perempuan sekaligus juga sebagai penari.
Busana yang dipakai oleh pemain rampak bedug adalah pakaian
Muslim dan Muslimah yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan unsur
kedaerahan. Pemain laki-laki misalnya mengenakan pakaian model pesilat lengkap
dengan sorban khas Banten, tapi warna-warninya menggambarkan kemoderenan:
hijau, ungu, merah, dan lain-lain (bukan hitam atau putih saja).
Adapun pemain
perempuan mengenakan pakaian khas tari-tari tradisional, tapi bercorak
kemoderenan dan relatif religius. Misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut
dari bahan batik dengan warna dasar kuning dan di dalamnya mengenakan celana
panjang warna merah jenis celana panjang pesilat. Di Luarnya mengenakan kain
merah tanpa dijahit yang bisa dililitkan dan digunakakan untuk semacam tarian
selendang. Bajunya tangan panjang yang dikeluarkan dan diikat dengan memakai
ikat pinggang besar. Adapun rambutnya mengenakan sejenis sanggul bungan yang
terbuat dari rajutan benang semacam penutup kepala bagian belakang.
rampak bedug terdiri dari Bedug besar, berfungsi sebagai
Bass yang memberikan rasa puas ketika mengakhiri suatu bait sya’ir dari lagu.
Ting tir, terbuat dari batang pohon kelapa, berfungsi sebagai penyelaras irama
lagu bernuansa spiritualis (takbiran, shalawatan, marhabaan, dan lain-lain).
Anting Caram dan Anting Karam terbuat dari pohon jambu dan dililiti kulit
kendang berfungsi sebagai pengiring lagu dan tari.
Sejarah Rampak Bedug
Tahun 1950-an merupakan awal mula diadakannya pentas rampak
bedug. Pada waktu itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah diadakan
pertandingan antar kampung. Sampai tahun 1960 rampak bedug masih merupakan
hiburan rakyat, persis ngabedug. Awalnya rampak bedug berdiri di Kecamatan
Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya hingga ke
Kabupaten Serang.
Kemudian antara tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan suatu
tarian kreatif dalam seni rampak bedug. Rampak bedug yang berkembang saat ini
dapat dikatakan sebagai hasil kreasi Haji Ilen. Rampak bedug kemudian
dikembangkan oleh berempat yaitu : Haji Ilen, Burhata, Juju, dan Rahmat. Dengan
demikian Haji Ilen beserta ketiga bersahabat itulah yang dapat dikatakan
sebagai tokoh seni Rampak bedug. Dari mereka berempat itulah seni rampak bedug
menyebar. Hingga akhir tahun 2002 ini sudah banyak kelompok-kelompok pemain
rampak bedug.
Sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id
EmoticonEmoticon